Syarat Tumbuh
Suryani (2008) mengemukakan bahwa syarat tumbuh tanaman
puring, meliputi cahaya, temperatur, dan kelembaban.
1. Cahaya
Di habitat aslinya, tanaman puring tumbuh di tempat terbuka
dengan sinar matahari penuh. Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat
tumbuh dengan subur. Sebagaimana tanaman lainnya, puring membutuhkan sinar
matahari dalam proses metabolismenya, terutama dalam proses fotosintesis. Tanpa
sinar matahari, proses tumbuh dan berkembangnya tanaman akan terhambat. Setiap
tanaman membutuhkan cahaya dengan intensitas yang berbeda-beda. Intensitas cahaya
adalah banyaknya cahaya yang diterima setiap tanaman setiap harinya. Kebutuhan
intensitas cahaya puring berkisar antara 90-100%, dengan lama penyinaran 10-12
jam/hari. Pada umumnya tanaman puring tidak membutuhkan naungan. Jika cahaya
terlalu sedikit, warna daun tidak cemerlang, rata-rata warna yang muncul hanya
hijau. Beberapa jenis puring berdaun cerah, akan lebih terlihat tajam/jelas
warna daunnya apabila terkena sinar matahari sehingga sangat baik dijadikan
tanaman outdoor.
2. Temperatur
Tanaman puring dan kerabatnya tumbuh paling ideal pada
temperatur sekitar 18 – 20 0C. Namun beberapa jenis tertentu, seperti puring
yang berdaun kecil menyukai suhu sekitar 30 0C. Suhu tersebut merupakan suhu
rata-rata di Indonesia. Jadi, tanaman puring sangat ideal ditanam di Indonesia
ini. Pada suhu rendah, daun akan lebih sempit tetapi tebal, sedangkan pada suhu
tinggi, daun akan lebih lebar tetapi tipis.
3. Kelembaban
Tanaman puring menyukai kelembaban sedang. Kelembaban optimal
untuk puring berkisar antara 30-60% yang didukung dengan sirkulasi udara yang
lancar atau tidak terhambat. Dengan demikian, tanaman ini mampu tumbuh di
daerah kering. Kelembaban yang terlalu tinggi akan merangsang munculnya
serangan hama dan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan
cendawan.
Media Tanam
Menurut Silitonga (2007), media yang baik adalah media yang
tidak padat dan mengandung banyak oksigen.Media tanam puring, meliputi pupuk
kandang, tanah merah, akar pakis halus, akar pakis kasar, pasir malang, sekam
bakar, dan pupuk lambat urai (slow release) adalah kombinasi media tanam
terbaik dengan pH 5,5-7,5. Pakis, pasir malang, dan sekam bakar digunakan untuk
mendapatkan media tanam yang gembur (porous) dengan perbandingan 1:1. setiap
komponen. Sedangkan pupuk lambat/slow release diberikan dengan ukuran 1 sendok
makan setiap 6 bulan untuk pot yang berdiameter 35 cm.
Stamps, et.al (2002)mengemukakan beberapa alternatif
media tanam puring adalah tanah dan daun bambu (1:1), atau sekam yang telah
dilapukkan dan tanah (2:1), atau sekam yang telah dilapukkan dan humus daun
bambu (2:1), atau sekam bakar, pasir, dan cocopeat (3:1:1). Media juga dapat
ditambahkan dengan sedikit pupuk kandang dan pakis halus sebagai bahan campuran
media tersebut.
Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman, meliputi penyiraman, pemupukan,
penggantian pot/reportting, pengendalian hama dan penyakit. Penyiraman
dilakukan 1-2 kali sehari pada pagi hari atau sore hari. Pemupukan dapat
menggunakan pupuk lambat urai yang diberikan setiap 6 bulan sekali, pupuk NPK
dapat diberikan 1 bulan sekali, pupuk daun dapat diberikan dengan cara
disemprotkan ke dalam media 2-3 minggu sekali, atau pupuk kandang dapat
diberikan 2 bulan sekali. Untuk mendapatkan hasil yang optimal sebaiknya
pemupukan dilakukan dengan kombinasi antar pupuk tersebut yang diberikan secara
bergantian. Apabila ukuran tanaman tidak lagi proporsional terhadap ukuran pot
dan akarnya, maka perlu dilakukan penggantian pot/ reportting yaitu 6 bulan - 1
tahun sekali. Gangguan hama yang sering menyerang, yaitu kutu putih (mealy
bugs), kutu sisik, thrips, laba-laba kecil, dan ulat. Sedangkan penyakit
pada tanaman puring seringkali disebabkan oleh jamur dan bakteri (Agrobacterium
tumefaciens). Pengendalian dan pencegahan hama menggunakan insektida dan
penyakit tanaman menggunakan fungisida yang diberikan secara berkala, yakni 2
minggu sekali (Kadir, 2008).
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan
tanaman dapat dilakukan secara vegetatif melalui stek batang, stek daun,
okulasi, dan pencangkokan, serta perbanyakan secara generatif melalui biji
(Kadir, 2008).
Baca juga ini :
Makasih ya atas informasi yang diberikan dapat menambah pengetahuan kita semua
ReplyDeleteSalam kenal dari kolang kaling