1. Jenis – jenis padi
Di Indonesia dikenal lebih dari 1.000 jenis padi. Jumlah yang
banyak itu disebabkan adanya perkawinan silang dari beberapa jenis padi dalam
rangka usaha peningkatan hasil.
Secara garis besar tanaman padi dibedakan dalam
dua jenis, sebagai berikut: (Sugeng HR,2001)
a. Padi beras, yaitu tanaman
padi yang dijadikan beras. Beras dapat ditanak menjadi nasi dan sebagai makanan
pokok.
Menurut cara bertanamnya, padi beras dapat dibedakan atas dua
macam, sebagai berikut(Sugeng HR,2001) :
(1) Padi
sawah, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya memerlukan air. Padi ini
ditanam ditanah persawahan.
(2) Padi
kering, yaitu tanaman padi yang dalam pertumbuhannya tidak memerlukan air
(dalam arti air genangan seperti sawah).
b.
Padi ketan. Setelah dijadikan beras tidak digunakan sebagai makanan pokok,
tetapi diolah menjadi bermacam-macam makanan ringan, misalnya jadah, jenang,
tape ketan dan lain-lain (Sugeng HR,2001).
2. Syarat tumbuh
Tanah yang cocok untuk bertanam padi adalah tanah gembur dan
kaya ahan organik. Tekstur tanah bias lempung, lempung berdebu, atau lempung
berpasir. Derajat keasaman (pH) normal antara 5,5 – 7,5 pada ketebalan lapisan
antara 18 – 22 cm. kemiringan tidak lebih dari 8 %. Lokasi lahan terbuka,
intensitas sinar matahari 100 % dengan ketinggian tempat antara 0 – 1300m dpl.(Martodosero,2001)
3. Pembibitan
Untuk mendapatkan kualitas dan hasil
panen yang baik, bibit yang dipilih harus bibit yang baik dan bagus. Sebelum ditanam, tanaman padi harus disemaikan lebih dahulu.
Persemaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik, maksudnya agar
diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. (Sugeng
HR,2001)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian
sebagai berikut: (Sugeng HR,2001)
a. Memilih tempat persemaian.
Tempat
untuk membuat persemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar
diperoleh bibit yang baik. Diantaranya adalah tanah itu harus tanah yang subur
banyak mengandung humus dan gembur, tanah itu harus tanah yang terbuka sehingga
matahari dapat diterima sepenuhnya, dekat dengan sumber air, dekat dengan
perumahan untuk mempermudah pengawasan.
b. Mengerjakan tanah untuk persemaian.
Tanah
persemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman. Dalam
membuat persemaian harus dipilih tanah atau sawah yang betul-betul subur.
Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibersihkan lebih dahulu,
kemudian sawah digenangi air.
Selanjutnya apabila tanah sudah cukup lunak lalu dibajak dua
kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu pula sekaligus dibuat
petakan-petakan dan memperbaiki petakan. Sebagai ukuran dasar luas persemaian
yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari areal sawah yang akan ditanamami. Adapun
biji yang diperlukan adalah kurang lebih 75 gram biji setiap 1 m2,
atau sebanyak kurang lebih 40 kg.
c. Penaburan biji.
Sebelum penaburan
biji dilakukan, biji perlu direndam dahulu agar biji tersebut berkecambah,
apabila biji sudah berkecambah dengan panjang kurang lebih 1 mm, maka biji
tersebut disebar ditempat persemaian. Usahakan agar penyebaran biji itu merata,
tidak terlalu rapat tidak terlalu jarang.
d. Pemeliharaan persemaian.
Pemeliharaan
dapat berupa pengairan,Pengairan atau penggenangan air dapat dilakukan dengan
melihat keadaan, misalnya, apabila benih masih terlalu kecil dan cuaca
menunjukkan bahwa akan terjadihujan, maka penggenangan air perlu dilakukan agar
benih tidak larut dan tidak rusak oleh air hujan tersebut. Jika benih sudah
terlalu besar, tumbuhnya sudah kuat, genangan air tidak perlu banyak-banyak, 2
atau 3 hari sebelum benih akan dicabut, persemaian harus di genangi air lagi
maksudnya agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.
4. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan
sejak dua bulan sebelum penanaman. Pelaksanaannya dapat dilakukan dengan dua
macam cara yaitu dengan cara tradisional dan cara modern.
a.Pengolahan tanah sawah
dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan
alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya
dikerjakan oleh manusia atau dibantu oleh binatang misalnya kerbau atau sapi.
b. Pengolahan tanah sawah
dengan cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin.
Dengan traktor dan alat-alat pengolah tanah yang serba dapat bekerja sendiri
Pengolahan
tanah sawah yang dilakukan secara tradisional meliputi pembersihan,
pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. (Sugeng HR,2001) Pengolahan tanah
sebelum tanam juga bertujuan untuk sirkulasi udara dalam tanah, yaitu membuang gas
beracun dan menyerap oksigen.
Ditambahkan lagi oleh Hasanaji,
2009, bahwa sawah yang sudah selesai dipanen
jerami atau daun padi bekas panen hendaknya jangan dibakar atau dibuang biarkan
lapuk di sawah (lahan) karena ini bisa dijadikan kompos.
Lahan sudah dibajak diratakan dan dipetak-petak agar kita lebih mudah
mengontrol airnya, Lahan diratakan dan usahakan air sawah itu hanya berada di
petak, garislah lahan dengan ukuran jarak garis 35 cm, Dua hari sebelum tanam
lahan di taburi pupuk sebaiknya pupuk yang dipakai adalah pupuk.
5. Penanaman
Pekerjaan
penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di persemaian. Bibit yang
akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25 – 40 hari (tergantung
jenisnya), berdaun 5 – 7 helai.
Penanaman bibit
yang baik harus menggunakan larikan kekanan dan kekiri dengan jarak tanam 20 x
20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan maupun pemupukan
dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan
zat-zat makanan secara merata. Usahakan penanaman bibit-bibit itu dijaga tidak
terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit.
Tanam benih dilahan dengan jarak
tanam 35 cm, Menanam benih jangan sampai dibenam. Ambil benih yang padinya
masih menempel dan cukup di letakkan diatas tanah dengan sedikit menggesekkan
benih ketanah dan kemudian ditutup dengan tanah setujuk jari, Jaga media tanam
jangan samapi digenang air (Hasanaji,
2009).
6. Pemeliharaan
Pekerjaan
– pekerjaan pemeliharaan terhadap tanaman padi meliputi pengairan, penyiangan
dan penyulaman, pemupukan, Pengendalian hama dan penyakit.
a. pengairan
cara pengaturan air yang intensif
dan ditunjang sarana pengairan yang baik seperti saluran air berupa irigasi.
Dmana saluran irigasi maupun drainase sangat diperlukan dalam merealisasikan
panca usaha tani.
Penggenangan air
dilakukan pada fase awal pertumbuhan, pembentukan anakan, pembungaan dan masa
bunting. Sedangkan pengeringan hanya dilakukan pada fase sebelum bunting
bertujuan menghentikan pembentukan anakan dan fase pemasakan biji untuk
menyeragamkan dan mempercepat pemasakan biji.
b. penyiangan dan penyulaman
Penyiangan dilakukan dua kali yaitu:
Penyiangan pertama umur 3 minggu setelah Tanam dan Penyiangan kedua umur 6
minggu setelah tanam. Apabila ada tanaman yang
mati, diadakan penyulaman (umur 1-2 minggu) dengan cara: Menggunakan bibit yang
masih tersedia serta Menyapih tanaman yang sudah tumbuh.
c. Pemupukan
Selama hidup tanaman selalu
membutuhakan zat makanan (unsur hara) yang ada pada umumnya diserap dari dalam
tanah. Pada saat panen secara tidak langsung terjadi pengangkutan berbagai zat
dari dalam tanah. Zat makanan yang disuplay kedalam tanah ini terdapat dalam
pupuk. Pemberian pupuk baik tanaman padi sesuai rekomendasi adalah Urea 200
kg/ha sedangkan TSP 100 kg/ha serta KCL 100/ ha. (suriadi, 2009)
d. Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit
pada tanaman padi sangat beragam, disamping faktor lingkungan (curah hujan,
suhu dan musim) yang sangat mempengaruhi terhadap produksi padi. Adapun hama dan
penyakit pengganggu yang adalah sebagai berikut:
1) Burung
Burung banyak menyerang padi pada
saat padi sedang menguning atau Menyerang menjelang panen. tangkai buah patah, biji berserakan. Oleh karena itu padi harus dijaga, apabila ada burung
yang menyerang langsung dihalau. Pengendaliannya mengusir dengan
bunyi-bunyian atau orang-orangan.
2) Walang sangit
Walang sangit menyerang padi pada
saat masih muda. Merusak dengan jalan mengisap padi yang sedang masak susu.
Walang sangit dapat diberantas dengan disemprot menggunakan DDT atau disuluh
(dipasang lampu) sehingga mereka tertarik dan berkumpul pada cahaya lampu
tersebut.
3) Tikus (Rattus argentiventer)
Menyerang
batang muda (1-2 bulan) dan buah. Gejala:
adanya tanaman padi yang roboh pada petak sawah dan pada serangan hebat
ditengah petak tidak ada tanaman.Kerugian yang
ditimbulkan karena serangan tikus biasanya amat besar, mereka dapat merusak
areal yang luas dan dalam waktu yang tidak lama. Tikus dapat diberantas dengan
gropyokan atau dengan member umpan yang berupa ketela, jagung dan sebagainya
yang dicampur dengan phospit. Pengendalian dapat juga dilakukan dengan
cara: pergiliran tanaman, tanam serempak, sanitasi, gropyokan, melepas musuh
alami seperti ular dan burung hantu, penggunaan NAT ( Natural Aromatic ).
4) Ulat serangga
Serangga-serangga itu bertelur
pada daun, apabila menetas ulatnya merusak batang dan daun. Cara
pemberantasannya harus disemprot dengan obat-obat insektisida, misalnya DDT,
Aldrin, Endrin, Diazinon, dan sebagainya.
5) Penggerek batang padi
Penggerek
batang padi terdiri atas: Penggerek Batang Padi Putih (Tryporhyza innotata), Kuning (T. incertulas), Bergaris (Chilo supressalis) dan Merah Jambu (Sesamia inferens). Menyerang batang dan
pelepah daun. Gejala: pucuk tanaman layu, kering berwarna kemerahan dan mudah
dicabut, daun mengering dan seluruh batang kering. Kerusakan pada tanaman muda
disebut hama "sundep" dan pada tanaman bunting (pengisian biji) disebut
"beluk". Pengendaliannya dengan cara menggunakan varitas tahan,
meningkatkan kebersihan lingkungan, menggenangi sawah selama 15 hari setelah
panen agar kepompong mati, membakar jerami; serta menyemprotkan pestisida.
6) Walang
sangit (Leptocoriza acuta)
Menyerang
buah padi yang masak susu. Gejala buah hampa atau berkualitas rendah seperti
berkerut, berwarna coklat dan tidak enak; pada daun terdapat bercak bekas
isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Pengendaliannya dengan cara
bertanam serempak, peningkatankebersihan, mengumpulkan dan memusnahkan telur,
melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba serta penyemprotan pestisida.
7) Penyakit
kerdil
virus
ditularkan oleh wereng coklat (Nilaparvata
lugens). Penyakit ini menyerang semua bagian tanaman, daun menjadi pendek,
sempit, berwarna hijau kekuning-kuningan, batang pendek, buku-buku pendek,
anakan banyak tetapi kecil. Pengendaliannya sulit dilakukan, usaha pencegahan dengan
memusnahkan tanaman yang terserang.
8) Penyakit
tungro
Virus
yang ditularkan oleh wereng hijau (Nephotettix
impicticeps). Penyakit ini menyerang
semua bagian tanaman, pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga
kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai kecil dan tidak
berisi. Pengendalian: menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36,
IR 48, IR 54, IR 46, IR 42. dan mengendalikan vektor virus dengan BVR.
Baca juga ini :
0 Response to "Budidaya Tanaman Padi"
Post a Comment